Burung burung berkicau, terliahat seorang dengan kulit berwarna kuning langsat dengan wajah non pribumi keluar dari sebuah rumah kayu. Seorang perempuan muda keluar dari dapur dan membawa secangkir kopi dengan sepiring sarapan lokal yang mereka sebut laklak. Seorang laki laki berambut panjang keluar dari dalam kamar tidur langsung menyapa siperempuan non pribumi. Eva mari kita sarapan dan kita akan segera menyusuri desa sebelum kesiangan begitu kata Bagus mengawali percakapan.

Eva hari ini nampaknya cuaca sangat mendukung. Lihat, matahari pagi yang terbit dari bukit lempunyang begitu indahnya. Eva tersenyum sambil menyeruput kopi panas. Laklak ini terbuat dari apa tanyanya Eva pada Bagus. Ini terbuat dari beras Va. Gimana rasanya , apa kamu suka ? Ini pertama kali saya memakannya dan saya suka kata Eva. Dengan anda memakan produk ini, anda telah membantu masyarakat lokal menggerakkan perekonomiannya. Ayo kita jalan sekarang kata Bagus.

Eva dan Bagus bergegas dan mengambil tas yang sudah diisi air mineral dalam kemasan, kaca mata dan lotion anti panas matahari. Didepan serambi Eva dan Bagus memakai sepatu lalu melanjutkan perjalanan. Jalan setapak mereka lalui. Eva terlihat sangat senang melihat sekitarnya ada hamparan sawah dengan penampakan Gunung Agung yang begitu gagahnya. Jingga merona sinar matahari menambah indahnya pagi itu.

Seorang perempuan setengah baya nampak mempersembahkan sesuatu di sebuah pura di lingkungan rumahnya. Hal ini menarik perhatian Eva. Bagus perempuan itu sedang melakukan apa. Ibu itu sedang mempersembahkan masakannya kepada hyang Maha Kuasa . Apa anda percaya dengan adanya Tuhan, tanya Bagus. Saya Percaya , Saya seorang Nasrani kata Eva. Lewat seorang kakek mengembala bebek disampingnya. Bagus rasanya saya sedang berada dalam sebuah dongeng yang saya pernah baca. Saya pikir kehidupan seperti ini hanya ada dalam dongeng. Ternyata ini masih ada. Bersyukurlah anda hidup di desa yang indah dan lestari. Dulu saya ngak suka hidup dikampung , Eva. Semua serba susah, pekerjaan, mall dan tempat hiburan tidak ada. Tapi saat ini saya bersyukur dan menikmati hidup di desa.

Seorang ibu muda memakai kamben dan kebaya mencuri perhatian Eva. Ibu muda ini membawa kembang dan dupa menyala dihadapannya. Diletakkan satu rangkain bunga, diselipkan dupa dan dipercikkan air lalu melambaikan tangan pada pura dihadapannya. Va, panggilan Bagus memecah perhatian Eva. Ayo kita lanjutkan perjalanan menuju persawahan, kata Bagus. Eva mengangguk lalu mengikuti Bagus yang sudah berjalan menuju pematang . Dalam perjalanan, Eva bertanya . Gus apa yang saya liahat hari ini membuat rasa ingin tahu saya semakin besar tentang Bali. Bisakah anda ceritakan bagaimana ceritanya, kok bisa orang orang disini bisa menjalankan tradisi yang sudah ratusan tahun lamanya. Apa beda persembahan ibu yang pertama saya lihat dengan ibu tadi. Bagus mulai bingung harus jawab apa. Apa yang harus aku jawab, sedangkan saya sendiri tidak tahu.

Bagus berdoa, semoga saja ada seseorang yang lewat yang bisa menjawab pertanyaan si Eva. Tiba tiba datang seorang laki laki tua dengan pakain serba putih dengan memakai mahkota entah datangnya sang kakek dari mana. Lalu Bagus bertanya pada sang kakek. Kakek maaf aku mengganggumu, saya ada kesulitan, bisakah engkau membantuku. Sang kakek tersenyum sambil memperhatikan Bagus yang sedang kebingungan mencari jawaban atas pertanyaan Eva. Katakan nak pertanyaan apa yang ingin engkau pertanyakan, semoga aku bisa menjawabnya. Begini kek, ini saya ada seorang tamu dari negeri seberang, dia bertanya pada saya tentang sejarah persembahan atau bebanten kakek. Dan jujur saya tidak pernah tahu harus jawab apa. Selama ini saya hanya mengikuti apa yang orang tua kami lakukan.

Baiklah nak, sudah saatnya engkau harus memahami tugas dan tanggung jawabmu sebagi seorang yang terlahir sebagai umat hindu. Ikuti aku, kata sang kakek. Puja dan Eva mengikuti langkah sang kakek. Baiklah nak, sebelum engkau mendengarkan ceritaku, kiranya engkau dan sahabatmu mesti mengingat apa yang aku sampaikan, sehingga ceritaku ini bisa engkau sampaikan pada semua yang membutuhkan pengetahuan ini. Baik kakek jawab Puja.

Tibalah kami disuatu tempat, terlihat sungai mengalir dengan airnya yang begitu bening, batu batu dan pasir, ikan ikan kecil nampak bercanda ria dari tempat kami berdiri. Duduklah nak, kata si kakek. Kami duduk diatas batu besar dan datar. Lalu sang kakek duduk diatas batu besar di dalam sungai. Anakku sekarang aku akan bercerita tentang apa yang kau pertanyakan. Aku akan bercerita dari perjalanan manusia di jaman batu. Dimana mereka bertani dengan berpindah pindah.

Bersambung ......


This free site is ad-supported. Learn more